(Debat Kusir) Menjadi ARSITEK : Sebuah pencarian Jatidiri atau Sebuah pencarian Materi .. ??

Kalau sudah berbicara tentang ideologi tiap orang memiliki karakter yang berbeda beda, dari situ kita akan mencoba berdebat, debat kusir namanya!!soalnya kalau debat bisa diartikan dialog aktif antar dua arah, atau bisa disebut diskusi. Tapi kalau debat kusir sama saja digunakan orang sebagai istilah untuk diskusi yang tidak berguna dan tidak ada habisnya, dan yang didebatkanpun hanya sepele tapi ngotot2nya yang paling seru hehe. Tapi yang perlu diketahui setiap orang punya pandangannya sendiri, disini bukan siapa yang salah dan siapa yang benar selama orang itu punya argumen kuat dengan ideologinya tersebut.
Tidak jauh jauh dari omongan diatas, kita berdebat soal profesi sebagai arsitek walaupun kita masih mahasiswa. Dari pandangan saya sendiri kalau kita menelaah arti dari arsitektur kita perlu kembali lagi ke zaman bahula saat Vitruvius bicara soal firmitas, utilitas, dan venustas dalam bukunya "The ten book of Architecture". Dimana disebutkan bahwa firmitas adalah suatu hal yang berkaitan dengan kekuatan pada bangunan sedangkan utilitas sama dengan fungsi, dan terakhir venustas yang berarti sama dengan rasa, baik itu bagus atau jelek dalam meniai sebuah arsitektur tentunya.

Gaya minimalis yang sedang trend identik dengan masyarakat muda dinamis progresif yang sukses cemerlang. Gaya klasik identik dengan kemewahan masyarakat generasi tua yang telah mapan. Kaum berduit ini tidak akan segan mengucurkan dana kepada para Arsitek untuk mewujudkan impian mereka. Karena merekalah sumber penghidupan para Arsitek. Namun ironisnya di sudut lain dalam kota, perumahan-perumahan kumuh, kawasan sakit, dan daerah banjir pun berteriak - teriak mencoba menarik kaum terpelajar ini untuk memahami dan melayani mereka.
‘Poor but honest makes good architect…’ , Vitruvius memberikan petuah bahwa kemiskinan dan kejujuranlah yang membuat seorang arsitek dikatakan bagus. Disisi lain saya sendiri tidak munafik pastinya semua Arsitek butuh identitas dan status, mereka butuh penghargaan baik dalam lingkup profesionalisme, kalangan akademis, maupun dari masyarakat. Mengimplementasikan keahlian melayani lapisan masyarakat kelas bawah merupakan pilihan hidup yang sulit bagi karir, kondisi finansial, dan pengakuan di mata masyarakat. Di luar negeri keadaannya telah agak berbeda, John FC. Turner dan Hassan Fathy telah menikmati penghargaan Internasional seperti "Aga Khan Award" dan "Right Livelihood Award". Romo Mangun pun diakui secara Internasional dengan turut meraih Aga Khan, namun secara nasional ia justru lebih dikenal sebagai budayawan daripada seorang Arsitek.
Sebuah bangunan Arsitektur tidak hanya berkutat dengan gubahan bentuk yang cantik, rumit dan ideal, para Arsitek seharusnya akan merasakan kebanggaan dalam melayani kelompok masyarakat yang terpinggirkan. Mereka tidak akan segan-segan menentang tuntutan para pemodal yang ingin membangun kompleks perumahan mewah di tanah-tanah resapan air, atau mengerem klien-klien kaya agar tidak terlalu boros dan lebih memiliki kepedulian sosial dan lingkungan. Jadi Utilitas yang berarti “fungsi” dan keberhasilannya yang disebut dengan “fungsionalis” bukan hanya bangunan yang harus mampu mengakomodir apa yang ada pada penghuninya namun bagaimana sebuah “fungsi” dari Arsitektur yang kita rancang nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Sekali lagi itu hanya argumen dari pemikiran saya dan tidak mengarahkan orang lain untuk mengikutinya dan menyalahkan argumen yang berkebalikan dengan argumen ini, Setiap orang memiliki prinsip hidup masing masing! tergantung dimana kita akan memilihnya.
Komentar
Posting Komentar