Solusi Rumah Tinggal Tahan Gempa (Part IV - Penyelesaian dan Rekomendasi Rumah Tinggal dikawasan Bantul Yogyakarta)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, beberapa aspek untuk mendirikan sebuah hunian tahan gempa diperlukan perhitungan analogi arah gaya dan juga penggunaan bahan material bangunan yang berpengaruh pada konstruksi rumah tinggal nantinya. Aspek - aspek yang harus dipenuhi oleh masyarakat Desa Kebon Agung kawasan Bantul dalam merancang sebuah Rumah Tinggal diantaranya :
1. Studi sistem Pemakaian pada Struktur Bangunan
Struktur pada bangunan pada kawasan rawan gempa direkomendasikan menggunakan Sistem Rangka dimana struktur rangka pada kestabilannya dapat dicapai dengan menggunakan plat dinding yang berupa kayu, beton, maupun baja. Caranya dengan menggunakan bracing atau pengaku silang pada setiap gaya horizontal kemudian cara kerjanya gaya gaya tersebut disalurkan ke pondasi. Heinz Frick pada bukunya "Pedoman Bangunan tahan gempa" mengatakan pada hakekatnya sebuah sistem struktur rangka pada bangunan tahan gempa merupakan konsep ruang terbuka dengan hanya menggunakan kolom dengan aturan tertentu (grid) yang menerima beban. Keuntungan penggunaan struktur rangka dari semua struktur yang lain adalah dapat dipadukannya semua material penutup berupa dinding dll., yang dipakai dalam bangunan sehingga lebih memudahkan dalam pencarian material. Beberapa diantaranya adalah struktur rangka beton bertulang dengan dindingnya menggunakan batu bata atau bisa juga conblock, namun kebanyakan menggunakan batu bata. Kemudian contoh lainnya adalah sistem struktur rangka kayu dengan dinding luarnya menggunakan papan kayu, dll.
2. Studi sistem Konstruksi Pondasi
Pada setiap penggalian pondasi umumnya disesuaikan dengan syarat - syarat kedalaman galian yang ditentukan. Biasanya untuk bangunan, pondasi berada ditanah terkeras, namun ada kalanya pondasi tidak perlu digali sampai dalam karena tanah termasuk dalam kategori keras sehingga tidak perlu digali sampai dalam. Galian pondasi untuk hunian bangunan minimal ± 45 cm bila tanah diarea bangunan masih termasuk dalam tanah keras. Untuk isian batu kali menggunakan pecahan batu besar yang ditaruh paling bawah dan mulai mengecil saat sampai atas, mutu isian siar pondasi minimal K125 agar terbebas dari retakan pada dinding dan menghindari ruang hidup rayap. Lebar pondasi batu kali minimal lebar dinding ditambah kiri dan kanan ± 10 cm, tinggi minimal 2 kali lebar pondasi.
Hal ini sangat cocok untuk kawasan Desa Kebon Agung, Bantul. Dikarenakan pada apa yang saya lihat saat survey kesana masih terdapat beberapa sisa reruntuhan bangunan pasca gempa tahun 2006 yang masih utuh bagian bawah struktur, bahkan beberapa warga saat diwawancara tanah pasca gempa di Hogja sama sekali tidak melendut keatas. Jadi dapat disimpulkan bahwa tanah yang ada di Bantul sebenarnya sangat baik untuk permukiman hanya saja kesalahan konstruksi oleh warga yang menyebabkan banyaknya bangunan rubuh yang berimbas kepada jatuhnya korban jiwa.
3. Studi sistem Konstruksi Trasram
Trasraam adalah lapisan kedap air horizontal yang mencegah naiknya kelembapan dari tanah melalui pondasi kedalam dinding yang dapat menyebabkan dinding busuk. Untuk memenuhi fungsi kualitas trasraam sangat perlu diperhatikan bahan bangunan yang dipakai.
Dulu trasram dibuat dengan lapisan batu bata dan penutup menggunakan mortar semen, namun trasraam jenis ini tidak dapat mencegah naiknya air tanah sehingga masih saja menyebabkan pembusukan di dinding.
Bahan yang dapat digunakan untuk trasraam guna bangunan diantaranya :
- Trasraam dengan lapisan aspal, untuk pemasangan sangat cocok karena untuk sloof beton bertulang harus dipastikan sangat kering sebelum pemasangan minimal 14 hari. Sedangkan untuk sloof kayu ditempatkan diatas lapisan plesteran yang datar dan dapat menutupi pondasi batu kali,
- Trasraam seng papak, seng yang dipilih adalah seng yang mampu tahan karat misalkan galvanisir (BJLS 50) sehingga selain mampu sebagai trasraam namun juga bisa sebagai pencegah rayap yang masuk.
4. Studi sistem Rangka Kolom
- Konstruksi rangka Kolom Kayu
Apabila dalam bangunan menggunakan rangka kayu sebagai struktur tengah maka membutuhkan pengencangan menggunakan paku bahkan baut mencapai 10 mm. Untuk bangunan tahan gempa disarankan menggunakan sistem pengapit saja, yaitu konstruksi dengan tiang pengapit atau balok pengapit. Penggunaan kayu yang dakan dipakai dipastikan harus kering bila perlu diawetkan sesuai dengan pengawetan kayu.
Yang perlu diperhatikan pada saat mengkoneksi antara pondasi batu kali, sloof (kayu / beton bertulang), dengan kolom kayu kesemuanya harus menjadi satu kesatuan sehingga dalam penyaluran beban menjadi sempurna dengan terkoneksinya semua elemen struktural.
Bangunan dengan menggunakan rangka kayu pengapit sebagai struktur kolomnya, sangat elastis dalam perubahan bentuknya sehingga dalam guncangan gempa daya tahan terhadap getarannya sangat tinggi. Hal ini terbukti dengan masih berdirinya pendopo pendopo dikawasan Desa Kebon Agung yang mayoritas menggunakan kayu sebagai bahan dasar konstruksi bangunanya.
- Konstruksi Rangka Kolom Beton
Konstruksi rangka kolom beton bertulang pada prinsipnya menggunakan sistem jepitan mati, (berbeda dengan sistem konstruksi kayu yang elastis) dengan sifat mengubah bentuk pada kolom beton yang kecil (kaku). Jadi hanya mempunyai daya tahan tinggi terhadap gempa jika ukuran tiang dan tulangannya memenuhi persyaratan jepit. Agar memudahkan dalam pengerjaan pengecoran beton dan mendapatkan hasil beton yang berkualitas baik, maka dianjurkan untuk mengunakan ukuran penampang balok minimum 15 cm x 20 cm dan ukuran penampang kolom minimum 15 cm x 15 cm.
5. Studi Sistem Konstruksi Atap
Semakin tinggi bangunan atau semakin berat bagian atas bagian bangunan akan semakin besar pula gaya gesernya. Maka direkomendasikan penggunaan atap dipilih seringan dan sesimpel mungkin. Penggunaan sistem konstruksi dan bahan penutup akan mempengaruhi kemiringan atap minimal. Kali ini akan dibahas sedikit tentang atap dengan kayu karena sifat kayu sendiri yang awet dan elastis apabila diberi tekanan. Sebaiknya dalam konstruksi atap kayu pada bangunan tahan gempa dipilih konstruksi atap kasau dan tidak menggunakan kuda kuda sehingga mampu menghemat secara ekonomi dan atap akan ringan sehingga tidak membebani struktur dibawahnya. Maka dari itu bangunan diatap sendiri diisi dengan gunungan sebagai pengganti kuda kuda.
6. Studi Sistem Konstruksi Dinding
Dinding adalah penutup lingkup pada bangunan yang berfungsi sebagai pembatas dan bukan sebagai salah satu penahan beban pada struktur. Dinding sangat bemacam macam mulai dari batu bata, conblock, hebel, dll. Penggunaan dinding mempengaruhi bagaimana sebuah beban bekerja, semakin dinding kuat dan terkoneksi dengan ring balok, kolom dan sloof semakin kokoh pula.
Dinding pada bangunan sebaiknya saling dikoneksi agar saat terjadi gempa dinding tidak roboh dan menimpa pemilik rumah. Sebaiknya dalam perancangan kolom, sebelum pengecoran diberi beberapa angkur yang mengarah kedinding agar dapat dikoneksi dengan dinding seperti batu bata.
Komentar
Posting Komentar